Friday 24 June 2011

UNTUNG SEKOLAH!

Beberapa puluh tahun yang lalu, saya adalah anak kecil yang secara rutin menyusuri pematang sawah sambil menenteng ceret air untuk para petani yang menggarap sawah milik kakek-enek kami. Siang harinya menunggui padi yang dijemur agar tidak diserbu ayam yang juga milik kami. Tak jarang juga ikut merontokkan padi dari tangkainya dengan cara diinjak-injak. Sore harinya, setelah mandi, saya bergegas ke jalan kereta api untuk bertemu teman-teman dan bermain catur jawa atau damdas. Kereta api adalah sarana transportasi yang setia melewati kampung kami setiap pagi dan sore. Menyaksikan kepulan asap dari cerobong lokomotif adalah pemandangan yang luar biasa pada saat itu dan sampai saat ini, kenangan itu masih tergambar jelas dalam ingatan saya. Pada jam lima sore, saya membantu kakak menyiapkan lampu minyak tanah.  Saya yang mengelap lampu dan kakak yang mengisi minyak. Kami harus ektra hati-hati karena tidak boleh ada minyak tanah yang tertumpah barang sedikitpun. Kakek dan nenek menerapkan disiplin pada kami, cucunya.
Pada usia tujuh tahun saya pindah ke rumah orang tua untuk bersekolah mulai dari Sekolah Dasar (SD) kuliah di perguruan tinggi.  Orang tua kami memberikan kebebasan pada anak-anaknya untuk memilih jalan hidup. Dari tujuh, empat orang dari kami istiqomah sekolah hingga perguruan tinggi. Saya adalah salah satu yang memilih bersekolah. Orang tua kami menghargai dan mendukung keputusan setiap anaknya. Mereka tidak pernah menuntut anaknya menjadi juara kelas. Tetapi kami diberi tanggung jawab untuk sungguh-sungguh dan itu memacu kami untuk tidak megecewakan mereka. Kami tidak juga menuntut banyak kepada kedua orang tua kami. Prinsipnya, sekolah yang benar, tanggung jawab, dan jujur.
Dengan bersekolah, hidup kami tentu menjadi lebih baik jika dibanding saudara lain yang memilih tidak bersekolah. Saya meyadari betul hal itu. Jika saya berkunjung ke kampung tempat saya dibesarkan, banyak teman dan saudara yang tidak sekolah, karena tidak mau atau terpaksa tidak bisa sekolah, tidak semujur saya. Kalau melihat keadaan seperti itu, ungkapan yang terucap adalah ‘untung sekolah!’. Saya berkesempatan mengunjungi banyak daerah di Nusantara serta menyinggahi beberapa negara lain juga karena saya sekolah.
Keinginan sekolah saya belum berakhir. Tuhan mengabulkan keinginan saya untuk sekolah lagi. Setelah lulus S2 dari Universitas Indonesia pada tahun 2008 dengan predikat cum laude, tahun ini saya diberikan kesempatan untuk sekolah S3 di negerinya Pangeran Andrew dan Putri Kate Middleton dengan biaya dari Bank Dunia. Kalau dengan biaya sendiri, tentu tidak mungkin saya membiayainya. Untung saya sekolah!
Pada satu sore, kakak saya yang juga dosen di sebuah perguruan tinggi pariwisata di Bandung berkata, “Untung kita menuruti orang tua dan mau sekolah sehingga nasib kita lebih baik.”
“Ya, untung sekolah!” jawab saya.

Catatan:
Semoga cerita di atas memberikan motivasi.
Oleh: Alex

3 comments:

  1. Sy mungkin tidak beruntung cuma lulus smp 7 tahun lalu dan suarang lg kerja di hongkong dan pengn sekolah lg. Tp ap bisa smntar q jg di tipu org hampir 70juta. pengn sekolah lg untk cri masa dpn yg lebih bgus. Wlpn usia udah hampir 270tahun adakah program skolah untk saya mhn saran ny

    ReplyDelete
  2. kalau ijazah paket c boleh ikut kah?
    please comment

    ReplyDelete
  3. Sangat bisa klw kamu ada di hk silahkan hubungi 94399619 untuk info lebih lanjut.. terimakasih

    ReplyDelete

Di Hong Kong

Silahkan bergabung